Senin, 21 Maret 2016

Budaya Palembang

Photo credit: kemanaajaboleeh.com

Kota Palembang merupakan salah satu Kota tertua di Indonesia. Dalam perkembangan sejarahnya, kota palembang menyimpan banyak sekali keanekaragaman budaya yang sangat terkenal. Dalam sejarahnya Palembang memiliki arti suatu tempat yang digenangi oleh air. Kota Palembang memiliki kondisi alam yang teridiri dari perbukitan dan mempunyai letak yang strategis yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah yaitu: tanah tinggi Sumatera bagian Barat, yaitu : Pegunungan Bukit Barisan, daerah kaki bukit atau piedmont dan pertemuan anak-anak sungai sewaktu memasuki dataran rendah serta daerah pesisir timur laut. Ketiga kesatuan wilayah ini merupakan faktor setempat yang sangat mementukan dalam pembentukan pola kebudayaan yang bersifat peradaban. Faktor setempat yang berupa jaringan dan komoditi dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk lebih dulu dan berhasil mendorong manusia setempat menciptakan pertumbuhan pola kebudayaan tinggi di Sumatera Selatan.


1. Bahasa
Penduduk Palembang merupakan etnis Melayu dan menggunakan Bahasa Melayu yang telah disesuaikan dengan dialek setempat yang kini dikenal sebagai Bahasa Palembang. Namun para pendatang seringkali menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari, seperti bahasa Komering, Rawas, Musi, Pasemah, dan Semendo. Namun untuk berkomunikasi dengan warga Palembang lain, penduduk umumnya menggunakan bahasa Palembang sebagai bahasa pengantar sehari-hari.

2. Seni dan Budaya


  • Dul Muluk
Photo credit:disini

Merupakan pertunjukan teater tradisional khas Palembang. Biasanya kesenian Dul Muluk digunakan untuk mengisi beragam acara seperti syukuran, pernikahan dan berbagai acara rakyat lainnya. Dalam dul muluk terdapat lakon, syair, lagu-lagu Melayu, dan lawakan. Adapun bentuk pementasan dul muluk serupa dengan lenong dari masyarakat Betawi di Jakarta. Dalam pementasannya dul muluk menggunakan bahasa Melayu dan bahasa Palembang dan dimainkan dengan alat musik seperti tetabuan gendang, jidur, gong dan biola. Dul Muluk bercerita mengenai kehidupan kerajaan dan rakyat. Di dalam pertunjukan Dul Muluk, terdapat enam aspek seni yang ditampilkan yaitu: seni drama, seni sastra, seni musik dan seni suara, seni tari, seni lawak, dan seni rupa.


  • Wayang Palembang
Photo Credit: 

Wayang Palembang, yang diperkirakan tumbuh sejak pertengahan abad ke-19 Masehi, memiliki bentuk fisik dan sumber cerita yang sama dengan wayang purwa dari Jawa. Bedanya, wayang Palembang dimainkan dengan menggunakan bahasa Melayu Palembang, dan perilaku tokoh-tokohnya lebih bebas. Adapun wayang purwa menggunakan bahasa Jawa dan perwatakan tokohnya ketat dengan pakem-pakem klasik.

3.Tari-tarian

Palembang juga terdapat beberapa tari-tarian. Dikutip dari serly-kebudayaan.blogspot.co.id berikut beberapa tari-tarian yang ada di Palembang:
  • Tari Gending Sriwijaya
Photo credit:hoteldekatid.files.wordpress.com

Gending Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota palembang, Sumatera Selatan. tarian dan lagu ini menggambarkan kejayaan, keagungan, dan keluhuran kerajaan Sriwijaya yang pernah mengalami kejayaan selama bertahun-tahun dan berhasil mempersatukan wilayah Barat NusantaraTarian ini biasanya digelar untuk menyambut tamu istimewa yang datang ke daerah tersebut. Berikut adalah lirik lagu Asli Gending Sriwijaya:

Di kala ku merindukan keluhuran dulu kala
Kutembangkan nyanyi dari lagu Gending Sriwijaya
Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia
Kuciptakan kembali dari kandungan Maha Kala
Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru
Tutur sabda Dharma pala Khirti Dharma Khirti
Berkumandang dari puncaknya Si guntang Maha Meru
Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti


  • Tari Tanggai
Tari tanggai dibawakan pada saat menyambut tamu-tamu resmi atau dalam acara pernikahan. Umumnya tari ini dibawakan oleh lima orang dengan memakai pakaian khas daerah seperti kaian songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai busana khas daerah para penari kelihatan anggun dengan busana khas daerah. Tarian menggambarkan masyarakat palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamu yang berkunjung ke daerahnya


  • Tari Tenun Songket
Tari ini menggambarkan kegiatan remaja putri khususnya dan para ibu rumah tangga di Palembang pada umumya memanfaatkan waktu luang dengan menenun songket


  • Tari Rodat Cempako
Tari ini merupakan tari rakyat bernafaskan islam. Gerak dasar tari ini diambil dari Negara asalnya Timur Tengah, seperti halnya dengan tari Dana Japin dan Tari Rodat Cempako sangat dinamis dan lincah


  • Tari mejeng Besuko
Tari ini melukiskan kesukariaan para remaja dalam suatu pertemuan mereka .Mereka bersenda gurau mengajuk hati lawan jenisnya. Bahkan tidak jarang diantara mereka ada yang jatuh hati dan menemukan jodohnya melalui pertemuan seperti ini
  

  • Tari Madik
Masyarakat Palembang mempunyai kebiasaan apabila akan memilih calon, orang tua pria terlebih dahulu dating kerumah seorang wanita dengan maksud melihat dan menilai (madik dan nindai) gadis yang dimaksud. Hal yang dinilai atau ditindai itu, antara lain kepribadiannya serta kehidupan keluarganya sehari-hari. Dengan penindaian itu diharapkan bahwa apabila si gadis dijadikan menantu dia tidak akan mengecewakan dan kehidupan mereka akan berjalan langgeng sesuai dengan harapan pihak keluarga mempelai pria

Seni Musik


  • Jidur
Photo Credit: infopalembang.id

Merupakan musik tradisional yang menggunakan alat seperti terompet, tombon dan drum yang mempunyai suara khas.


  • Rebana
Photo Credit: infopalembang.id
Merupakan musik tradisional yang menggunakan alat kulit kambing yang di ikatkan di kayu biasanya pemainya terdiri dari 10 s/d 12 orang, rebana ini juga di pakai untuk arakan pengantin dan lain-lain.

Lagu Daerah
Seperti Melati Karangan, Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut dan Ribang Kemambang.

Selain itu juga ada Syarofal Anam adalah kesenian Islami yang dibawa oleh para saudagar Arab dulu, dan menjadi terkenal di Palembang oleh KH. M Akib, Ki Kemas H. Umar dan S. Abdullah bin Alwi Jamalullail.


4. Rumah Adat
Photo Credit: gosumatra.com
Rumah adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit. Rumah ini berbentuk limas. Bangunannya bertingkat-tingkat dengan filosofi budaya tersendiri untuk setiap tingkatnya. Tingkat-tingkat ini disebut masyarakat sebagai bengkilas. Adat yang kental sangat mendasari pembangunan Rumah Limas. Tingkatan yang dimiliki rumah ini disertai dengan lima ruangan yang disebut dengan kekijing. Hal ini menjadi simbol atas lima jenjang kehidupan bermasyarakat, yaitu usia, jenis, bakat, pangkat dan martabat. Detail setiap tingkatnya pun berbeda-beda. Hiasan atau ukiran yang ada di dalam Rumah Limas pun memiliki simbol-simbol tertentu. Jika Anda melihat dengan seksama ke dalamnya, akan terlihat ornamen simbar atau tanduk pada bagian atas atap. Simbar dengan hiasan Melati melambangkan mahkota yang bermakna kerukunan dan keagungan rumah adat ini. Tanduk yang menghiasi atap juga bermakna tertentu sesuai dengan jumlahnya.

5. Pakaian Adat

Pakaian adat palembang ialah aesan gede dan aesan paksangko pada jaman dahulu pakaian adat khas sumatera selatan ini hanya dipakai bagai kalangan bangsawan atau kesultanan. Namun sekarang pakaian adat ini sering kali dipakai pada suatu acara-acara tertentu seperti acara perkawinan . Bukan pakaian adat namanya bila tidak melambangkan suatu daerah , pakaian adat yang dimiliki oleh kota bumi srwijaya ini yaitu Aesan gede yang melambangkan kebesaran, dan pakaian Aesan paksangko yang melambangkan keanggunan masyarakat Sumatera Selatan. Baju adat kota palembang ini terinspirasi oleh busana raja kerajaan sriwijaya yang didominasi oleh benang berwarna ke emasan dan kain songket berwarna gemerlap keemasan yang mengingatkan kejayaan pada zaman sriiwijaya yang dikenal dengan swarnadwipa atau Pulau emas.

Songket
Photo Credit: jualsongketpalembang.com

Songket adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu dan Minangkabau di Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Songket ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak. Pada umumnya kain songket dikenakan pada acara-acara resmi. Selain itu kata songket juga berasal dari kata songka, songkok khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas dimulai. Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk "Ratu Segala Kain". Dari 22 motif songket Palembang yang telah terdaftar di antaranya motif Bungo Intan, Lepus Pulis, Nampan Perak, dan Limar Beranti. Saat ini kain songket dipakai untuk busana adat perkawinan Melayu, Palembang, Minangkabau, Aceh dan Bali.

6. Makanan Khas
Photo Credit: www.idememasak.com

Kota ini memiliki komunitas Tionghoa cukup besar. Makanan seperti pempek atau tekwan yang terbuat dari ikan mengesankan "Chinese taste" yang kental pada masyarakat Palembang.


  • Pempek, makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak - otak. Sebagai pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).
  • Tekwan, makanan khas Palembang dengan tampilan mirip sup ikan berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil - kecil mirip bakso ikan yang kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping sebagai pelengkap.
Itulah ulasan mengenai budaya Palembang. Palembang merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya.

Sumber: palembang.go.id | infopalembang.id | gosumatra.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar