Photo credit: kemanaajaboleeh.com |
Kota Palembang merupakan salah satu
Kota tertua di Indonesia. Dalam perkembangan sejarahnya, kota palembang
menyimpan banyak sekali keanekaragaman budaya yang sangat terkenal. Dalam
sejarahnya Palembang memiliki arti suatu tempat yang digenangi oleh air. Kota
Palembang memiliki kondisi alam yang teridiri dari perbukitan dan mempunyai
letak yang strategis yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan
wilayah yaitu: tanah tinggi Sumatera bagian Barat, yaitu : Pegunungan Bukit
Barisan, daerah kaki bukit atau piedmont dan pertemuan anak-anak sungai sewaktu
memasuki dataran rendah serta daerah pesisir timur laut. Ketiga kesatuan
wilayah ini merupakan faktor setempat yang sangat mementukan dalam pembentukan
pola kebudayaan yang bersifat peradaban. Faktor setempat yang berupa jaringan
dan komoditi dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk lebih dulu dan berhasil
mendorong manusia setempat menciptakan pertumbuhan pola kebudayaan tinggi di Sumatera
Selatan.
1. Bahasa
Penduduk
Palembang merupakan etnis Melayu dan menggunakan Bahasa Melayu yang telah
disesuaikan dengan dialek setempat yang kini dikenal sebagai Bahasa Palembang.
Namun para pendatang seringkali menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa
sehari-hari, seperti bahasa Komering, Rawas, Musi, Pasemah, dan Semendo. Namun untuk berkomunikasi dengan warga Palembang lain, penduduk umumnya
menggunakan bahasa Palembang sebagai bahasa pengantar sehari-hari.
2. Seni dan Budaya
- Dul Muluk
Photo credit:disini |
Merupakan pertunjukan teater tradisional khas
Palembang. Biasanya kesenian Dul Muluk digunakan untuk mengisi beragam acara
seperti syukuran, pernikahan dan berbagai acara rakyat lainnya. Dalam dul muluk
terdapat lakon, syair, lagu-lagu Melayu, dan lawakan. Adapun bentuk pementasan
dul muluk serupa dengan lenong dari masyarakat Betawi di Jakarta. Dalam
pementasannya dul muluk menggunakan bahasa Melayu dan bahasa Palembang dan
dimainkan dengan alat musik seperti tetabuan gendang, jidur, gong dan biola.
Dul Muluk bercerita mengenai kehidupan kerajaan dan rakyat. Di dalam
pertunjukan Dul Muluk, terdapat enam aspek seni yang ditampilkan yaitu: seni
drama, seni sastra, seni musik dan seni suara, seni tari, seni lawak, dan seni
rupa.
- Wayang Palembang
Photo Credit: |
Wayang Palembang, yang diperkirakan tumbuh sejak pertengahan abad ke-19 Masehi, memiliki bentuk fisik dan sumber cerita yang sama dengan wayang purwa dari Jawa. Bedanya, wayang Palembang dimainkan dengan menggunakan bahasa Melayu Palembang, dan perilaku tokoh-tokohnya lebih bebas. Adapun wayang purwa menggunakan bahasa Jawa dan perwatakan tokohnya ketat dengan pakem-pakem klasik.
3.Tari-tarian
Palembang juga terdapat beberapa tari-tarian. Dikutip dari serly-kebudayaan.blogspot.co.id berikut beberapa tari-tarian yang ada di Palembang:
- Tari Gending Sriwijaya
Photo credit:hoteldekatid.files.wordpress.com |
Gending
Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota palembang,
Sumatera Selatan. tarian dan lagu ini menggambarkan kejayaan, keagungan, dan
keluhuran kerajaan Sriwijaya yang pernah mengalami kejayaan selama bertahun-tahun
dan berhasil mempersatukan wilayah Barat NusantaraTarian ini biasanya digelar
untuk menyambut tamu istimewa yang datang ke daerah tersebut. Berikut adalah
lirik lagu Asli Gending Sriwijaya:
Di kala ku merindukan keluhuran dulu
kala
Kutembangkan nyanyi dari lagu Gending
Sriwijaya
Dalam seni kunikmati lagi zaman
bahagia
Kuciptakan kembali dari kandungan Maha
Kala
Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang
Maha Guru
Tutur sabda Dharma pala Khirti Dharma
Khirti
Berkumandang dari puncaknya Si guntang
Maha Meru
Menaburkan tuntunan suci Gautama
Buddha sakti
- Tari Tanggai
Tari tanggai dibawakan pada saat
menyambut tamu-tamu resmi atau dalam acara pernikahan. Umumnya tari ini
dibawakan oleh lima orang dengan memakai pakaian khas daerah seperti kaian
songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai,
tajuk cempako, kembang goyang dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari
lempengan tembaga Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai busana
khas daerah para penari kelihatan anggun dengan busana khas daerah. Tarian
menggambarkan masyarakat palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta
menyayangi tamu yang berkunjung ke daerahnya
- Tari Tenun Songket
Tari ini menggambarkan kegiatan remaja
putri khususnya dan para ibu rumah tangga di Palembang pada umumya memanfaatkan
waktu luang dengan menenun songket
- Tari Rodat Cempako
Tari ini merupakan tari rakyat
bernafaskan islam. Gerak dasar tari ini diambil dari Negara asalnya Timur
Tengah, seperti halnya dengan tari Dana Japin dan Tari Rodat Cempako sangat
dinamis dan lincah
- Tari mejeng Besuko
Tari ini melukiskan kesukariaan para
remaja dalam suatu pertemuan mereka .Mereka bersenda gurau mengajuk hati lawan
jenisnya. Bahkan tidak jarang diantara mereka ada yang jatuh hati dan menemukan
jodohnya melalui pertemuan seperti ini
- Tari Madik
Masyarakat Palembang mempunyai
kebiasaan apabila akan memilih calon, orang tua pria terlebih dahulu dating
kerumah seorang wanita dengan maksud melihat dan menilai (madik dan nindai)
gadis yang dimaksud. Hal yang dinilai atau ditindai itu, antara lain kepribadiannya
serta kehidupan keluarganya sehari-hari. Dengan penindaian itu diharapkan bahwa
apabila si gadis dijadikan menantu dia tidak akan mengecewakan dan kehidupan
mereka akan berjalan langgeng sesuai dengan harapan pihak keluarga mempelai
pria
Seni Musik
- Jidur
Photo Credit: infopalembang.id |
Merupakan
musik tradisional yang menggunakan alat seperti terompet, tombon dan drum yang
mempunyai suara khas.
- Rebana
Photo Credit: infopalembang.id |
Merupakan
musik tradisional yang menggunakan alat kulit kambing yang di ikatkan di kayu
biasanya pemainya terdiri dari 10 s/d 12 orang, rebana ini juga di pakai untuk
arakan pengantin dan lain-lain.
Lagu Daerah
Seperti Melati Karangan, Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut dan Ribang Kemambang.
Selain itu juga ada Syarofal Anam adalah kesenian Islami yang dibawa oleh para saudagar Arab dulu, dan menjadi terkenal di Palembang oleh KH. M Akib, Ki Kemas H. Umar dan S. Abdullah bin Alwi Jamalullail.
4. Rumah Adat
Photo Credit: gosumatra.com |
Rumah
adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit. Rumah ini berbentuk limas.
Bangunannya bertingkat-tingkat dengan filosofi budaya tersendiri untuk setiap
tingkatnya. Tingkat-tingkat ini disebut masyarakat sebagai bengkilas. Adat yang
kental sangat mendasari pembangunan Rumah Limas. Tingkatan yang dimiliki rumah
ini disertai dengan lima ruangan yang disebut dengan kekijing. Hal ini menjadi
simbol atas lima jenjang kehidupan bermasyarakat, yaitu usia, jenis, bakat,
pangkat dan martabat. Detail setiap tingkatnya pun berbeda-beda. Hiasan atau
ukiran yang ada di dalam Rumah Limas pun memiliki simbol-simbol tertentu. Jika
Anda melihat dengan seksama ke dalamnya, akan terlihat ornamen simbar atau
tanduk pada bagian atas atap. Simbar dengan hiasan Melati melambangkan mahkota
yang bermakna kerukunan dan keagungan rumah adat ini. Tanduk yang menghiasi
atap juga bermakna tertentu sesuai dengan jumlahnya.
5. Pakaian Adat
Pakaian
adat palembang ialah aesan gede dan aesan paksangko pada jaman dahulu pakaian
adat khas sumatera selatan ini hanya dipakai bagai kalangan bangsawan atau
kesultanan. Namun sekarang pakaian adat ini sering kali dipakai pada suatu
acara-acara tertentu seperti acara perkawinan . Bukan pakaian adat namanya bila
tidak melambangkan suatu daerah , pakaian adat yang dimiliki oleh kota bumi
srwijaya ini yaitu Aesan gede yang melambangkan kebesaran, dan pakaian Aesan
paksangko yang melambangkan keanggunan masyarakat Sumatera Selatan. Baju adat
kota palembang ini terinspirasi oleh busana raja kerajaan sriwijaya yang
didominasi oleh benang berwarna ke emasan dan kain songket berwarna gemerlap
keemasan yang mengingatkan kejayaan pada zaman sriiwijaya yang dikenal dengan
swarnadwipa atau Pulau emas.
Songket
Photo Credit: jualsongketpalembang.com |
Songket
adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu dan Minangkabau di Indonesia,
Malaysia, dan Brunei. Songket ditenun dengan tangan dengan benang emas dan
perak. Pada umumnya kain songket dikenakan pada acara-acara resmi. Selain itu kata
songket juga berasal dari kata songka, songkok khas Palembang yang dipercaya
pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas dimulai. Songket
Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi
kualitasnya, yang berjuluk "Ratu Segala Kain". Dari 22 motif songket
Palembang yang telah terdaftar di antaranya motif Bungo Intan, Lepus Pulis,
Nampan Perak, dan Limar Beranti. Saat ini kain songket dipakai untuk busana
adat perkawinan Melayu, Palembang, Minangkabau, Aceh dan Bali.
6. Makanan Khas
Photo Credit: www.idememasak.com |
Kota ini memiliki komunitas Tionghoa cukup besar. Makanan seperti pempek atau tekwan yang terbuat dari ikan mengesankan "Chinese taste" yang kental pada masyarakat Palembang.
- Pempek,
makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan
menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah
berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan
memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan,
maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di
Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting,
pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek
lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak - otak. Sebagai
pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental
berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering
yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).
- Tekwan, makanan khas Palembang dengan tampilan mirip sup ikan berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil - kecil mirip bakso ikan yang kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping sebagai pelengkap.
Itulah ulasan mengenai budaya Palembang. Palembang merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya.
Sumber: palembang.go.id | infopalembang.id | gosumatra.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar